Jumat, 30 September 2011

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN PERILAKU PROSOSIAL ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK AL-ISTIQOMAH PEMENANG KABUPATEN LOMBOK UTARA TAHUN 2010/2011


IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN PERILAKU PROSOSIAL ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK AL-ISTIQOMAH PEMENANG KABUPATEN LOMBOK UTARA TAHUN 2010/2011

Nurhasanah[1] dan Baiq Haeriah[2]

Abstrak
Peranan lingkungan yang baik pada anak, akan berdampak positif pada anak. sehingga anak cendrung lebih sosial dan memiliki penyesuaian diri yang baik, serta dapat memungkinkan untuk munculnya perilaku prososial yang semakin berkembang. Adanya sikap anak yang kurang baik dalam bergaul menjadikan  sikap sosial anak belum terlihat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perkembangan perilaku prososial anak di TK Al-istiqomah Pemenang, dengan menggunakan metode observasi dan checklis pada pedoman pengamatan dengan menggunakan skala perilaku prososial,
Adapun analisis data dalam penelitian ini menggunakan tehnis analisis deskriptif persentase, apabila hasil persentase 50% atau lebih maka anak dikatakan memiliki tingkat perkembangan yang sudah berkembang, namun apabila hasil persentase kurang dari 50% maka anak dikatakan memiliki perilaku prososial yang belum berkembang atau kurang berkembang,
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan perilaku anak di TK Al-istiqomah hanya mencapai 33,33%, ini berarti bahwa perkembangan perilaku prososial anak belum atau kurang berkembang.
kata kunci: perilaku prososial

I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anak merupakan generasi penerus bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh keberadaan anak dimasa sekarang maupun yang akan datang, kondisi anak yang lemah secara emosional akan menjadi dampak buruk dan cermin yang negatif  bagi kemajuan suatu bangsa. Budaya Indonesia masa kini memberikan penilaian yang tinggi terhadap kepribadian seseorang. Peranan lingkungan sosial yang baik pada anak, akan berdampak positif pada anak sehingga anak cendrung lebih sosial dan memiliki penyesuaian diri yang baik. Perilaku anak yang lebih sosial terhadap keluarga, teman sebaya maupun lingkungan sosial lainnya tentunya akan menampakkan lebih dalam perilaku menolong baik terhadap diri maupun orang lain. perilaku menolong ini lebih dikenal dengan perilaku prososial yaitu perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya (Staub, 1978; dalam Baron & Bryne, 2003).
Dari beberapa definisi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa perilaku prososial memilki ciri-ciri perilaku atau perbuatan yang dilakukan secara sukarela atas keinginan pelaku sendiri dan bermaksud ingin memberi manfaat positif terhadap orang yang dikenal perbuatan tersebut, seperti sikap menolong, membantu teman, dan berbagi dengan temannya. Hal inilah yang memberi inspirasi kepada penulis untuk mengidentifikasi perkembangan perilaku prososial anak di TK AL-ISTIQOMAH Pemenang Lombok Utara Tahun 2010/2011.
B.     Perumusan Masalah
1.    Bagaimanakah perkembangan perilaku prososial anak usia 4-5 tahun diTK AL_ISTIQOMAH Pemenang Lombok Utara 2010/2011?.
2.    Pada tahapan manakah perkembangan perilaku prososial yang berhasil dicapai pada anak usia 4-5 tahun diTK Al-Istiqomah pemenang?
C.    Tujuan Penelitian
1.    Untuk mengidentifikasi perkembangan perilaku prososial anak di TK AL_ISTIQOMAH Pemenang Lombok Utara 2010/2011.
2.    Untuk mengetahui tahapan perkembangan perilaku prososial yang mampu dicapai pada anak usia 4-5 tahun di TK AL-ISTIQOMAH pemenang Lombok utara 2010/2011.
D.    Manfaat penelitian
1.      Manfaat Teoritis
a.       Menambah kajian tentang perilaku prososial pada anak usia dini khususnya anak TK.
b.      Memberikan masukan atas perlakuan yang memungkinkan untuk di berikan pada anak usia dini ( anak TK) demi pengembangan perilaku sosial.
2.      Manfaat praktis
Memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat khususnya guru dan orang tua yang ada diTK AL_ISTIQOMAH tentang sejauhmana perkembangan perilaku prososial anak usia 4-5 tahun, sehingga para guru dan orang tua mengembangkan perilaku prososial secara sederhana.
E.     Definisi Oprasional
Perilaku prososial yaitu suatu kegiatan menolong orang lain dimana pelaku tidak mendapatkan keuntungan fisik secara langsung, bahkan dapat mendatangkan resiko pada pelaku. Perilaku prososial memiliki beberapa ciri,yaitu : (a) Berbagi; (b) Bekerjasama; (c) Menolong; (d) bertindak jujur; (e) kepedulian terhadap orang lain, sebagaimana diukur oleh skala perilaku prososial ( Mussen,dkk. 1994). Semakin tinggi skor perilaku prososial maka semakin tinggi pula jiwa sosial anak, semakin rendah perilaku prososial anak maka semakin rendah jiwa sosial anak.
 II. TINJAUAN PUSTAKA
1.      Pengertian perilaku prososial
Baron & Bryne ( 2003) bahwa perilaku prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain, yang tidak menguntungkan secara langsung terhadap orang yang memberikan pertolongan bahkan terkadang memiliki resiko bagi si penolong. Perilaku prososial memiliki kategori yang luas yang mengarah dan di nilai positif oleh masyarakat, yang tentu saja berlawanan dengan perilaku anti sosial (Hogg dan Vaughan,2002). Hogg dan Vaughan membedakan antara perilaku sosial dengan perilaku menolong. Perilaku menolong menurut Hogg dan Vaughan merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk memberi keuntungan bagi orang lain.
Altruisme merupakan salah satu bentuk dari perilaku prososial, merupakan sub kategori dari perilaku menolong yang mengarah pada perilaku yang di motivasi oleh keinginan untuk memberi keuntungan  bagi orang lain dan bukan bagi diri sendiri (Batson dan Coke; Macaulay dan Berkoitz dalam Hogg dan Vaughan,2002). Baron dan Byrne (2005) mendefinisikannya sebagai tingkah laku  yang merefleksikan pertimbangan untuk tidak mementingkan diri sendiri demi kebaikan orang lain. Sementara menurut myers (dalam sarwono,2002) Altruisme adalah hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri. Altruisme lebih menitikkan pada kesejahteraan orang lain. Tidak diartikan secara altruistic diri juga tidak menampilkan kompensasi yang kuat dan pengulangan atau pengingkaran secara praktis atau pengorbanan diri.
Sears, dkk (2004) menjelaskan bahwa perilaku prososial mencakup kategori yang lebih luas, meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan individu untuk menolong orang lain tanpa memperdulikan motif-motif si penolong.
Hasil penelitian Eisenberg dan Mussen (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) menemukan bahwa anak-anak yang lebih ekspresif khususnya ekspresif pada perasaan yang positif lebih cendrung prososial dan spontan dalam melakukan tindakan prososial baik dikelas maupun dilain situasi. Demikian juga sosiabilitas dan kesukaan berteman juga ditemukan berkorelasi dengan tindakan prososial.
Berdasarkan uraian para ahli tentang perkembangan perilaku prososial maka dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial itu adalah suatu kegiatan menolong orang lain dimana pelaku tidak mendapatkan keuntungan fisik secara langsung, bahkan dapat mendatangkan resiko pada pelaku.
2.      Aspek-aspek Perilaku Prososial
Mussen (1994) ada beberapa aspek-aspek yang mencakup tindakan-tindakan prososial, yaitu :
a.       Berbagi ( sharing )
 Memberikan kesempatan dan perhatian kepada orang lain untuk mencurahkan keinginan dan isi hatinya ( Sears, dkk. 2004)
b.       Bekerjasama ( cooperating )
 Kesediaan melakukan aktifitas bersama-sama dengan orang lain (termasuk didalamnya berdiskusi dan mempertimbangkan pendapat orang lain) guna mencapai tujuan bersama. Bekerjasama dapat juga dikatakan sebagai usaha bersama sekelompok orang demi kepentingan bersama ( pusat pembinaan pengembangan bahasa, 1990 ).
c.        Menolong ( helgpin )
Melakukan tindakan yang bertujuan untuk meringankan beban orang lain. Seseorang yang berperilaku menolong akan mendapatkan kepuasaan setelah melakukan tindakan tersebut (Sears, dkk. 2004)
d.          Kejujuran ( honesty )
Tidak berlaku curang, tulus dan ikhlas dalam segala perbuatannya (Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, 1990). Menurut Wasito (1980) kejujuran ialah tulus hati dan tidak suka berbohong. 
a.        Menyumbang ( donating )
Ikut membantu menyokong dengan tenaga dan pikirannya serta memberikan sesuatu pada orang lain yang sedang membutukan, misalnya pembangunan panti sosial. Tindakan ini biasanya timbul dari kemurahan hati seseorang, namun tidak jarang juga yang melakukannya hanya untuk mendapatkan popularitas.
b.       Dermawan ( generosity )
Keinginan seseorang untuk membantu orang lain yang sedang    membutuhkan (Sears, dkk. 2004)
c.        Memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain.
Menunaikan apa yang mestinya diterima oleh orang lain, dalam  berinteraksi dengan orang lain kita harus melihat seberapa jauh hak-hak mereka bisa untuk kita hargai selama hak-hak tersebut tidak mengganggu hak-hak kita (Sears, dkk 2004)
d.          Memiliki kepedulian terhadap orang lain
Memiliki rasa simpati terhadap permasalahan yang dihadapi oleh orang lain dan keinginan untuk membantu meskipun hanya untuk menghibur (Sears, dkk 2004.
Brigham (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) menyatakan bahwa perilaku prososial mempunyai maksud untuk menyokong kesejhateraan orang lain. Seseorang yang cendrung untuk berperilaku prososial biasanya memiliki harga diri yang tinggi, rendahnya menghindari tanggung jawab, takut akan kehilangan sesuatu seperti pujian dan dikucilkan serta adanya lokus kendali yang internal (Wilson & Petruska,1991; dalamDayakisni & Hudaniah,2003).
3.      Faktor-faktor yang mendasari timbulnya perilaku prososial
Sears, dkk (2004) berpendapat bahwa orang yang menolong harus mempersepsi dibutuhkannya pertolongan, memikul tanggung jawab pribadi, mempertimbangkan untung-rugi, dan memutuskan bagaimana cara untuk menolong.
Berikut beberapa faktor-faktor menurut Sears,dkk (2004), yang mempengaruhi perilaku prososial, antara lain : (a) karakteristik situasi, yang meliputi : kehadiran orang lain, sifat lingkungan, tekanan waktu; (b) karakteristik penolong, yang meliputi : kepribadian, suasana hati, rasa bersalah, distress diri dan rasa empatik; kepribadian, (c) karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan.
Faktor lain yang mendukung timbulnya perilaku prososial menurut Dayakisni dan Hudaniah (2003) diantaranya :
(a)    Faktor situasional, dimana di dalamnya terdapat beberapa faktor yang lebih spesifik, seperti kehadiran orang lain, pengorbanan yang harus dikeluarkan, pengalaman dan suasana hati, kejelasan stimulis, adanya norma-norma sosial dan hubungan antara calon penolong dengan korban
(b)   Faktor personal merupakan karakteristik kepribadian yang menunjukkan kemungkinan munculnya perilaku prososial.
Secara umum dapat disimpulkan adanya dua faktor yang dapat mempengaruhi perilaku prososial, yaitu faktor situasional dan faktor karakteristik sipenolong. Faktor situasi yang mempengaruhi perilaku prososial adalah kehadiran orang lain, pengorbanan yang harus dikeluarkan, pengalaman dan suasana hati, kejelasan stimulus, norma-norma sosial, dan hubungan antara calon penolong dengan calon korban. Faktor kepribadian yang mempengaruhi perilaku prososial adalah seif-gain, suasana hati, rasa  bersalah, distress diri dan rasa empatik.
B.     Hakikat anak usia dini
1.      Pengertian anak usia dini
 Secara umum, anak usia dini adalah anak-anak yang memiliki usia 1 sampai dengan 6 tahun, dimana  pertumbuhannya  tidak sepesat sebelumnya namun aktivitasnya lebaih banyak (Direktorat PADU, 2002). Menurut Grebb, dkk (1997) mengemukakan anak usia dini ditandai dengan pertumbuhan fisik dan emosional yang nyata. Di dalam masa ini perkembangan bahasa semakin luas, dan adanya penggunaan kalimat-kalimat yang lebih rumit dari sebelumnya. Masa usia dini merupakan fase praoperasional ( 2-7 tahun ), selama anak mulai berpikir secara simbolik, umumnya mereka masih bersifat egosentrik dimana mereka belum mampu untuk menempatkan dirinya dalam kelompok sosialnya dan menunjukkan rasa empati terhadap orang lain,  dalam usia ini juga anak tidak mengerti hubungan sebab akibat (Piaget, 1978; dalamGrebb, dkk, 1997).
Pada masa prasekolah anak dapat mengekspresikan rasa cinta, tidak gembira, cemburu, dan iri hati baik pada tingkatan preverbal maupun verbal meski sebagian besar masih dalam masa egosentrik namun kemampuan anak untuk bekerja sama, saling menolong, dan berbagi telah terlihat. Menurut Grebb, dkk (1997) pada usia empat tahun anak belajar untuk berbagi dan memiliki perhatian terhadap orang lain, perasaan kehangatan seringkali muncul, lebih lanjut Grebb mengemukakan bahwa pada akhir masa usia dini anak mungkin memilki emosi yang relatif stabil, perasaan yang meluap-luap, keinginan yang tinggi, dan luapan riang gembira yang berhubungan dengan diri sendiri diimbangi dengan rasa malu-malu, menjauhkan diri, rasa takut, cemburu dan iri hati.
Dari beberapa pendapat diatas,dapat disimpulkan bahwa adak usia dini adalah anak yang berusia 1-7 tahun yang berada dalam masa egosentrik dimana mereka belum mampu untuk menempatkan dirinya dalam kelompok socialnya dan menunjukkan rasa empati terhadaporang lain.
2.      Kondisi anak usia dini  
Anak usia dini cendurng merasa senang, nyaman dan  bahagia ketika mereka mendapatkan penghargaan yang lebih atas tingkah laku mereka, akan tumbuh motivasi untuk menjadi seperti yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya.
Grebb dkk, (1997) pada masa ini terdapat beberapa keadaan yang berpengaruh terhadap perkembangan anak, yaitu : (a) Masa bersaing dengan saudara kandung (sibling rivalry), kelahiran saudara kandung menguji kemampuan anak untuk belajar bekerjasama dan saling berbagi. Persaingan yang mungkin terjadi adalah cara anak mengekor (child-reaning), anak yang mendapatkan perlakuan yang lebih mungkin karena mereka berbakat atau jenis kelamin menjadi penyebab perasaan marah dan tidak suka yang mengakibatkan adanya persaingan. Pengalaman dengan saudara kandung dapat mempengaruhi hubungan anak dengan teman sebayanya dan orang lain dalam kelompok sosialnya. (b) Masa bermain, pada masa ini anak mulai membedakan realitas dari fantasi, dan bermain merupkan cerminan dari kesadaran dan tingkat perkembangan sosial mereka yang sedang berkembang, antara usia 3 sampai 6 tahun pertumbuhan dapat di telusuri dengan gambar, selain itu menggambar juga mencerminkan konsep body image, impuls seksual,dan agresif seseorang. (c) Teman-teman khayalan (imaginery companion), paling sering ditemukan pada usia prasekolah, biasanya pada anak-anak yang memiliki inteligensi tingggi dan dalam bentuk orang namun tidak menuntup kemungkinan teman-teman khayalan tersebut berupa benda maupun mainan yang menyerupai orang. Adanya teman-teman khayalan ini dapat mengurangi kecemasan yang ada pada anak, perasaan kesepian dan keinginan untuk bersahabat.
3.      Tahap-tahap perkembangan psikososial anak
   Perkembangan berlangsung melalui tahap-tahap yang berurutan, menurut Erikson ( dalam Haditono, dkk. 2002 ) ada 8 tahap yang harus dilalui oleh setiap individu, yaitu : 4 tahap pertama terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak, tahap ke lima pada masa adolesen, dan ketiga tahap terakhir pada usia dewasa dan tua. Erikson berpendapat bahwa setiap anak memiliki jadwal waktunya sendiri, karena itu akan menyesatkan bila ditentukan waktunya secara pasti untuk setiap anak. Apalagi setiap tahap-tahap tersebut terkait anatara satu dengan yang lainnya dalam membentuk seluruh kepribadian seseorang.
Menurut teori Psikososial Erikson (dalam Lindzay & hall, 2004), tahap-tahap perkembangan anak terdiri dari 8 tahap perkembangan yaitu:
a.             Kepercayaan Dasar versus Kecurigaan Dasar usia 0-1 tahun
Tumbuhnya penghargaan terletak pada hubungan–hubungan pertama dengan orang tua keibuan dan dapat dipercaya yang responsif terhadap kebutuhan-kebutuhannya. memberikan pengalaman-pengalaman yang memuaskan, seperti ketenangan dan kehangatan. Pengakuan seorang ibu terhadap bayinya dapat meyakinkan bayi dan hubungan timbal baliknya dengan ibu, tidak adanya pengakuan dapat menyebabkan keterasingan dalam kepribadian bayi, bayi merasa dipisahkan ( separation ) dan dibuang ( abandonment ) pearasaan yang seperti inilah yang dapat mengakibatkan bahaya dalam perkembangan kepribadian anak selanjutnya.
b.            Otonomi versus Perasaan Malu dan keragu-raguan ( tahap muskuler-anal ) usia 1-3 tahun
Perjuangan anak dengan pengalaman-pengalaman barunya dan orientasinya pada kegiatan menuntut anak untuk mengontrol diri sendiri dan menerima kontrol dari orang lain. Untuk mengendalikan sifat penuh kemauan anak, orang dewasa menggunakan kecendrungan manusia untuk merasa malu, namun mereka juga memotivasi anak untuk memiliki dan mengembangkan perasaan otonomi sehingga timbul kemandirian. Dalam tahap ini anak belajar untuk berbagi dan bekerjasama, dimana anak belajar untuk menjadi bijaksana sehingga diharapkan mampu untuk mengadakan penilaian terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
c.             Inisiatif versus kesalahan ( lokomotor – genital )  usia 3-5 tahun
Dalam tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan “seimbang” secara fisik dan kejiwaan, anak belajar untuk menjadi tanggung jawab . bahaya dari tahap ini ialah anak yang dihantui rasa bersalah karena terlalu bergairah memikirkan tujuan-tujuan dan menggunakan cara-cara agresif serta manifulatif untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Tahap ini merupakan masa anak untuk tumbuh dari kegiatan bermainnya, eksplorasi-eksplorasinya, usaha-usaha dan kegagalan-kegagalannya. Anak diharapkan mampu mengendalikan ke-egosentrisannya dengan pola bermain yang ia dapatkan dengan teman-temannya.
d.            Kerajinan versus inferioritas. usia 6-11 tahun
Anak harus mengontrol imajinasinya dan mulai menempuh pendidikan formal, anak mengembangkan sikap rajin dan mempelajari ganjaran dari ketekunan dan kerajinan. Kompetensi muncul pada tahap ini. Setelah ia mengembangkan kecerdasan dan kapasitas-kapasitas secukupnya untuk bekerja, pentingnya anak untuk menerjunkan diri dalam suatu pekerjaan ialah untuk mencegah timbulnya perasaan inferioritas dan regresi ego. Kompetensi merupakan penggunaan keterampilan dan kecerdasan untuk menyelesaikan tugas-tugas, yang tidak terhambat oleh perasaan rendah diri.
4.            Karakteristik anak usia dini
Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting untuk sepanjang hidupnya, sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan pondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Pengalaman yang dialami anak pada usia dini berpengaruh kuat terhadap kehidupan selanjutnya. Sedangkan karakteristik perilaku sosial anak menurut fase perkembangannya berdasarkan usia dapat dirincikan sebagai berikut:
a.          Usia 3-4 tahun
·      Anak mulai belajar mengembangkan emosi
·      Bermain dengan anak lain
·      Bermain bersama pada tingkat taman kanak-kanak
·      Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial
·      Anak mulai belajar berbagi dan bekerjasama
·      Anak mulai mengenal teman.
b.         Usia 3-4 tahun
·      Suka membantu orang dewasa, seperti merapikan atau beres-beres
·      Mulai berbagi mainan dengan anak lain
·      Mau menunggu giliran ketika bermain
·      Berteman dan menikmati hubungan pertemanan

c.          Usia 4-5 tahun
·      Suka menunjukkan kepekaan/kepedulian kepada orang lain
·      Suka bergabung dengan anak lain
·      Anak mulai terbiasa untuk berbagi
·      Bermain bersama teman secara berkelompok
·      Anak sudah mulai bertanggung jawab
·      Dapat bermain dengan beberapa anak dan mulai intraksi sosial, bermain peran dan ketoilet sendiri
d.         Usia 5-6 tahun
·      Dapat disuruh membeli sesuatu
·      Sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta gampang meniru apa yang dilihat
·      Bermain bersama dan bergantian menggunakan alat mainan
·      Memeperlihatkan simpati dan perhatian pada teman yang sedang sakit
·      Mampu bekerjasama dalam bermain
·      Senang bermain bersama dan tolong menolong dalam mencapai keinginan tertentu
·      Anak sudah mampu berbagi dengan orang lain
·      Anak mampu bertenggang rasa
·      Sabar menunggu gilirannya
·      Mampu menerima tanggung jawab yang ringan
Karakteristik perkembangan sosial anak tersebut diatas akan dijadikan acuan dalam menentukan tingkat perkembangan perilaku prososial anak usia 4-5 tahun sebagaimana batasan usia yang dilakukan oleh peneliti, apakah anak sudah mencapai tingkat perkembangan berdasarkan usianya atau berada pada perkembangan usia yang lain.
III. METODE PENELITIAN
A.    Wilayah dan lingkup penelitian
Wilayah dan lingkup penelitian yaitu tempat dimana diadakannya penelitian. Penelitian dilaksanakan diTK AL_ISTIQOMAH Pemenang Lombok Utara selama satu bulan pada bulan Desember tahun pelajaran 2010/2011.
B.     Populasi dan sample penelitian
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah populasi yang akan di jadikan sebagai populasi penelitian adalah TK yang ada di kecamatan Pemenang. Sampel penelitian ini  menggunakan teknik acak atau random,  Sehingga dari tehnik yang digunakan maka terpilihlah TK AL_ISTIQOMAH pemenang sebagai populasi dan sampel penelitian.
Subyek penelitian ini adalah anak-anak usia dini baik laki-laki maupun perempuan. Adapun sampel dari penelitian ini adalah anak- anak yang berusia 4 sampai 5 tahun ( kelompok A1 ) sebanyak 20 anak.
C.    Data dan sumber data
a.          Data
Dalam penelitian ini peneliti membuat beberapa poin pertanyaan yang mengacu kepada lima aspek perkembangan perilaku prososial anak yang dijadikan data kualitatif, kemudian dari data kualitatif tersebut dilakukan pengolahan untuk mendapatkan data kuantitatif.
b.         Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang langsung diperoleh dari siswa  TK Al-istiqomah yaitu anak-anak usia 4-5 tahun yang berupa penilaian indikator perkembangan perilaku prososial anak berdasarkan pengamatan.
D.    Metode dan instrument penelitian
1.      Metode Penelitian
a.       Metode observasi
Observasi atau pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatau obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 1991: 133). Dalam penelitian ini metode observasi digunakan hanya untuk memperoleh data tentang perilaku prososial anak baik didalam maupun diluar kelas
b.      Metode checklist
Checklist atau daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek –aspek yang diamati. Peneliti bisa mengamati bagaimana perkembangan perilaku prososial anak melalui checklist yang disusun berdasarkan indicator yang telah dibuat.
2.      Instrumen penelitian
Skala perilaku prososial dalam penelitian ini disusun berdasarkan teori perilaku prososial oleh Mussen,dkk (1994) yang disimpulkan menjadi beberapa aspek perilaku prososial diantaranya berbagi, bekerjasama, menolong, bertindak jujur dan kepedulian terhadap orang lain. Skala ini bertujuan untuk mengungkap sejauhmana perilaku prososial yang terdapat pada anak usia 4-5 tahun. Dalam penelitian ini akan disediakan dua pilihan jawaban yaitu “ya” dan “tidak”. Adapu format skala yang digunakan yaitu sebagai berikut:
No
Indikator perilaku prososial anak
Hasil pengamatan
Ya
Tidak
1
Berbagi
·         Mau membagi miliknya, misal makanan dll
·         Meminjamkan miliknya dengan senang hati
·         Berbagi mainan dengan temannya


2
Bekerja sama
·         Saling membantu sesama teman
·         Secara bersama-sama membersihkan lingkungan sekolah
·         Bekerjasama merapikan tempat belajar
·         Bekerjasama merapikan mainan/alat yang telah digunakan


3
Menolong
·         Suka menolong teman
·         Menolong teman yang  jatuh
·         Membantu teman menyelesaikan tugas yang diberikan guru








4

Bertindak jujur
·         Mengikuti aturan permainan
·         Bicara jujur




5
Kepedulian terhadap orang lain
·         menggunakan barang orang lain dengan hati-hati
·         sabar menunggu giliran
·         mengajak teman bermain
·         meminta izin
·         bertanya tentang teman yang tidak hadir
·          mau mengalah terhadap temannya yang  menginginkan sesuatu


Keterangan:
Ya: jika indikator prilaku prososial pada anak sudah tampak
Tidak: jika indikator prososial pada anak belum tampak
E.     Analisis data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersifat kualitatif deskriptif yang di persentasekan, dimana analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan data pada instrument tingkat perkembangan perilaku prososial. Data yang telah diperoleh kemudian dikaji dan dievaluasi oleh peneliti kemudian diolah untuk ditarik kesimpulan.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan tehnik analisis ini diantaranya:
a.          Membuat tabel jawaban dan menjumlahkan jawaban “ya”  dan “tidak”.
b.      Memasukkan jumlah jawaban masing-masing kedalam rumus:
                                                  n
Tingkat perkembangan =  ------ x 100 %
                                            N
Keterangan:
n= jumlah jawaban
N= jumlah pertanyaan
100%= Bilangan bulat untuk menentukan persentase             
Rumus ini digunakan untuk mencari persentase perkembangan perilaku prososial berdasarkan jawaban dari 5 aspek perkembangan yang telah dijabarkan menjadi 18 indikator penilaian. Setiap hasil jawaban, baik dari jumlah jawaban berdasarkan aspek maupun berdasarkan indikator penilaian akan dibagi sebanyak jumlah aspek maupun jumlah indikator penilaian, kemudian dikalikan dengan 100%/      
c.       Memasukkan jumlah responden yang menjawab “ya” dan “tidak” kedalam rumus:
                                                    n
Tingkat perkembangan  =  ------ x 100 %
                                             N
Keterangan:
n                      = Banyak responden yang menjawab “ya” dan “tidak”
N                     = Banyak responden secara keseluruhan
100%               = Bilangan bulat untuk menentukan persentase       
Rumus ini digunakan untuk mencari berapa persentase perkembangan anak dari 20 responden yang dijadikan sampel penelitian. Jumlah responden yang memiliki jawaban “ya” atau “tidak” dibagi dengan jumlah keseluruhan responden kemudian dikali 100%.           
F.                 Jadwal penelitian 
No
Kegiatan
Bulan
Mei
Juni
juli
Agst
sept
okt
nov
Des
Jan
Feb
1
Penyusunan proposal








2
Revisi proposal








3
Pembuatan instrument penelitian








4
Pengumpulan data









5
Pengolahan data









6
Penyusunan BAB  IV, V









7
Penyelesaian penyusunan skripsi










 
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi data hasil penelitian
Deskripsi data hasil penelitian ini akan diuraikan berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan. dengan menghitung jawaban responden yang paling banyak muncul dari jawaban “ya” atau “tidak” dari semua aspek yang dinilai, kemudian dari aspek yang dinilai berapa jawaban terbanyak dari jawaban “ya” atau “tidak”.yang kemudian akan diprosentasekan tingkat perkembangannya.
Dari data tabel  (terlampir pada lampiran halaman 1), ada 20 anak yang dijadikan sampel dan 5 aspek perkembangan perilaku prososial yang dijabarkan menjadi 18 indikator penilaian dengan rincian masing-masing aspek yaitu: (1) aspek berbagi terdiri dari 3 indikator yaitu item A(anak mau membagi miliknya, misalnya makanan dll), B (anak mau meminjakan miliknya dengan senang hati), dan C (anak mau berbagi mainan dengan temannya).  (2) aspek bekerjasama terdiri dari 4 indikator yaitu item D (anak dapat saling membantu sesama teman), E (anak dapat secara bersama-sama membersihkan lingkungan sekolah), F (anak dapat bekerjasama merapikan tempat belajar setelah digunakan) dan G (anak dapat merapikan mainan/alat yang telah digunakan), (3) aspek menolong terdiri dari 3 indikator yaitu item H (anak suka menolong temannya disaat membutuhkan sesuatu), I (anak dapat menolong teman yang terjatuh) dan J (anak dapat membantu teman menyelesaikan tugas yang diberikan guru), (4) aspek bertindak jujur terdiri dari 2 aspek yaitu item K (anak dapat mengikuti aturan permainan) dan L (anak dapat berbicara jujur), (5) aspek kepedulian terhadap orang lain terdiri dari 6 indikator yaitu item M (anak dapat menggunakan barang orang lain dengan hati-hati), N (anak bersabar saat menunggu giliran), item O (anak dapat mengajak), P (anak dapat meminta izin) dan Q (anak dapat bertanya tentang temannya yang tidak hadir) dan R (anak mau mengalah terhadap teman nya yang menginginkan sesuatu).
Berdasarkan keterangan data tabel rekapitulasi perkembangan perilaku prososial berdasarkan tahapan perkembangan (lampiran 2 halaman 2) bahwa setiap responden memiliki tingkat atau tahapan perkembangan perilaku prososial yang berbeda dari perkembangan usia yang diteliti. Dimana dari 20 responden terdapat beberapa responden yang berada pada tahapan perkembagan usia 3-4 tahun dan berada pada tahapan perkembangan usia 5-6 tahun. Rata- rata aspek perkembangan yang dicapai anak yaitu hanya ada 2 aspek yaitu (1)“berbagi” pada indikator B (anak mau meminjamkan miliknya dengan senang hati) dan indikator C (anak mauberbagi mainan dngan temannya). (2)“kepdulian terhadap orang lain” pada indikator N (anak sabar menunggu giliran), indikator O (anak dapat mengajak temannya berain) dan indikator R (anak mengalah terhadap temannya yang menginginkan sesuatu).
Dibawah ini adalah tabel data perkembangan perilaku prososial anak berdasarkan tahapan pencapaian
Tabel 1. Data perkembangan anak berdasarkan tahapan pencapaian
No
Nama anak
Tahap pencapaian
keterangan
1
Farid
Usia 3-4 tahun
Belum berkembang
2
Ela
Usia 3-4 tahun
Belum berkembang
3
Eli
Usia 3-4 tahun
Belum berkembang
4
Mutia
Usia 2-3 tahun
Belum berkembang
5
Iza
Usia 3-4 tahun
Belum berkembang
6
Echa
Usia 5-6 tahun
Sudah berkembang
7
Azmi
Usia 3-4 tahun
Belum berkembang
8
Nabil
Usia 5-6 tahun
Sudah berkembang
9
Fawas
Usia 5-6 tahun
Sudah  berkembang
10
Putra
Usia 3-4 tahun
Belum berkembang
11
Umam
Usia 3-4 tahun
Belum berkembang
12
Nahwa
Usia 5-6 tahun
Sudah  berkembang
13
Sabila
Usia 3-4 tahun
Belum berkembang
14
Iqbal
Usia 3-4 tahun
Belum berkembang
15
Mujadid
Usia 3-4 tahun
Belum berkembang
16
Miftah
Usia 3-4 tahun
Belum berkembang
17
Faris
Usia 3-4 tahun
Belum berkembang
18
Ichsan
Usia 3-4 tahun
Belum berkembang
19
Annas
Usia 3-4 tahun
Belum berkembang
20
Angga
Usia 3-4 tahun
Belum berkembang